Senin, 19 Desember 2016

Business Continuity and Disaster Recovery Center


Business Continuity and Disaster Recovery Center


               Business Continuity Planning (BCP) dan  Disaster Recovery Planning (DRP) membahas murni masalah bisnis. Keduanya tidak membicarakan tentang pelanggaran kebijakan keamanan atau akses tidak sah, melainkan tentang membuat rencana darurat untuk keadaan darurat yang mengancam kelangsungan bisnis dan meneruskan  bisnis tersebut walaupun terjadi bencana. BCP membahas tentang membuat rencana dan menciptakan kerangka kerja untuk memastikan bahwa bisnis itu dapat hidup dalam keadaan darurat; sedangkan DRP membahas tentang proses pemulihan secara cepat dari suatu keadaan darurat dengan dampak minimum pada organisasi. Disaster (bencana) didefiniskan sebagai kejadian yang waktu terjadinya tidak dapat diprediksi dan bersifat sangat merusak. Pengertian ini mengidentifikasikan sebuah kejadian yang memiliki empat faktor utama, yaitu :
- tiba-tiba
- tidak diharapkan
- bersifat sangat merusak
- kurang perencanaan

               Bencana terjadi dengan frekuensi yang tidak menentu dan akibat yang ditimbulkannya meningkat bagi mereka yang tidak mempersiapkan diri terhadap kemungkinan-kemungkinan timbulnya bencana. Rencana pencegahan dan perbaikan terhadap bencana dapat membantu melindungi semua adet oraganisasi, termasuk sumber daya manusia, pekrjaan, data-data penting, dan fasilitas organisasi.

Rencana pencegahan dan pemulihan dapat dengan mudah dimanfaatkan oleh pihakpihak tertentu dengan menambahkan biaya-biaya yang tidak perlu yang akan membuat rencana   tersebut menjadi tidak masuk akal bagi level manajemen. Rencana yang dibuat harus mencakup definisi yang jelas dari data-data atau record organisasi yang harus dilindungi. Halhal yang harus dihindari selama pembuatan rencana pemulihan adalah rekonstruksi material back-up, kopi, dan file-file yang tidak penting. Record-record organisasi atau perusahaan memiliki nilai yang bervariasi. Apakah record
tersebut tersimpan secara elektronik ataupun  di atas kertas, rencana yang dibuat harus mengidentifikasi record-record penting dan historis, yaitu record-record yang memuat sejarah perusahaan, pertumbuhan, pengembangan, operasi, dan kontribusi yang  bersifat kenegaraan, termasuk record-record  yang perlu ditindaklanjuti kekontinuitas bisnisnya setelah bencana. Daftar record penting diperlukan untuk menentukan prosedur melindungi dan merekonstruksi record-record penting yang tersimpan pada media magnetik, optik, atau bentuk lainnya yang berbeda dengan prosedur melindungi informasi yang terkandung pada media kertas

Business Continuity Planning
               Secara sederhana,  Business Continuity Plan diciptakan untuk mencegah gangguan terhadap aktivitas bisnis normal. BCP dirancang untuk melindungi proses bisnis yang kritis dari  kegagalan atau bencana alam atau yang dibuat  manusia dan akibatnya  hilangnya modal dalam kaitannya dengan ketidaktersediaan untuk proses bisnis secara normal. BCP merupakan suatu strategi untuk memperkecil efek gangguan dan untuk memungkinkan proses bisnis terus berlangsung. Peristiwa yang mengganggu adalah segala  bentuk pelanggaran keamanan baik yang disengaja ataupun tidak yang menyebabkan bisnis tidak bisa beroperasi secara normal. Tujuan BCP adalah untuk memperkecil efek peristiwa mengganggu tersebut pada perusahaan. Tujuan BCP yang utama adalah untuk mengurangi risiko kerugian keuangan dan meningkatkan kemampuan perusahaan dalam proses pemulihan  sesegera mungkin dari suatu peristiwa yang
mengganggu. BCP juga membantu memperkecil biaya yang berhubungan dengan peristiwa yang mengganggu tersebut dan mengurangi risiko yang berhubungan dengan itu. Business Continuity Plan perlu melihat pada semua area pengolahan informasi kritis perusahaan, termasuk tetapi tidak membatasi-- pada hal-hal berikut ini:

• LAN, WAN, dan server
• Telekomunikasi dan link komunikasi data
• Workstation dan workspaces
• Aplikasi, perangkat lunak, dan data
• Media dan penyimpanan arsip
• Tugas-tugas staf dan proses produksi

               Peristiwa-peristiwa yang mengganggu Kesinambungan Bisnis
Berikut daftar peristiwa-peristiwa yang dapat mengganggu kesinambungan bisnis yang digolongkan pada sumber terjadinya, akibat alam atau ulah manusia. Contoh peristiwa alami yang dapat mempengaruhi kesinambungan bisnis adalah sebagai berikut:
• Kebakaran atau ledakan
• Gempa bumi, badai, banjir, dan kebakaran alami

Contoh peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang dapat mempengaruhi kesinambungan bisnis sebagai adalah berikut:
• Peristiwa pemboman, sabotase, atau serangan lain yang disengaja
• Kegagalan infrastruktur komunikasi

Empat Unsur Utama BCP
·         Inisiasi Lingkup dan Rencana. Tahap ini menandai permulaan proses BCP. Proses ini meliputi pembuatan lingkup dan unsur-unsur  lain yang diperlukan untuk menentukan parameter-parameter rencana.
·         Business Impact Assessment. Proses BIA adalah suatu proses yang dilaksanakan untuk membantu unit-unit bisnis memahami dampak suatu peristiwa yang mengganggu. Tahap ini meliputi pelaksanaan vulnerability assessment.
·         Pengembangan Business Continuity Plan. Istilah ini mengacu pada penggunaan informasi yang dikumpulkan pada tahap BIA untuk mengembangkan  business continuity plan yang sebenarnya. Proses ini meliputi area dari  implementasi rencana, pengujian rencana, dan pemeliharaan rencana berkelanjutan.
·         Persetujuan Rencana dan Implementasi. Proses ini melibatkan pengambilan keputusan akhir manajemen senior, menciptakan kesadaran terhadap rencana tersebut ke seluruh personil perusahaan, dan menerapkan suatu  prosedur pemeliharaan untuk membaharui rencana jika dibutuhkan.

            Tahap inisiasi lingkup dan rencana adalah langkah pertama dalam pembuatan business continuity plan. Tahap ini menandai permulaan proses BCP. Proses ini melibatkan pembuatan  lingkup untuk rencana dan unsur-unsur lain yang diperlukan untuk menentukan parameterparameter rencana tersebut. Tahap ini merepresentasikan suatu pengujian terhadap dukungan pelayanan dan operasi perusahaan. Lingkup aktivitas harus meliputi: pembuatan akun yang terperinci dari pekerjaan yang diperlukan, mendaftar sumber daya yang akan digunakan, dan mendefinisikan manajemen praktek untuk dipekerjakan. Kelompok personal yang terlibat dalam BCP ini :
·         Peran dan Tanggung Jawab.  Proses BCP melibatkan banyak personil dari berbagai bagian dari perusahaan. Pembuatan komite BCP akan merepresentasikan keterlibatan seluruh aspek perusahaan yang pertama dari unit bisnis fungsional kritis yang utama.
·         Unit-unit bisnis lainnya akan dilibatkan  dalam beberapa cara di kemudian hari, terutama sepanjang tahap implementasi dan tahap pembentukan kesadaran (awareness).






Komite BCP harus dibentuk dan diberi tanggung jawab untuk menciptakan, menerapkan, dan menguji rencana yang dibuat. Panitia terdiri dari wakil dari manajemen senior, semua unit bisnis fungsional, sistem informasi, dan administrasi keamanan. Komite memulai dengan menyusun lingkup rencana, hal-hal mana yang berhadapan dengan bagaimana cara memulihkan secara cepet dari  suatu peristiwa yang mengganggu dan mengurangi kerugian keuangan dan kerugian sumber daya dalam kaitannya dengan suatu peristiwa yang mengganggu.

Peran Manajemen Senior.
               Manajemen senior mempunyai  tanggung jawab yang paling besar untuk semua tahap rencana, yang meliputi tidak hanya pada proses inisiasi
rencana tetapi juga memantau dan mengatur rencana selama pengujian dan pengawasan; dan pelaksanaan rencana ketika peristiwa yang mengganggu terjadi. Dukungan ini amatlah penting, dan tanpa komitmen manajemen dalam hal sumber daya yang cukup baik intangible maupun tangible, rencana tidak akan sukses.

Business Impact Assessment
               Tujuan BIA adalah untuk menciptakan suatu dokumen yang akan digunakan untuk membantu memahami dampak apa yang akan ditimbulkan oleh suatu peristiwa yang mengganggu terhadap bisnis yang sedang berjalan. Dampak tersebut mungkin mempengaruhi sisi keuangan (kuantitatif) atau operasional (kualitatif, seperti ketidakmampuan untuk merespons keluhan pelanggan). Vulnerability assessment sering kali menjadi bagian dari proses BIA.

BIA mempunyai tiga tujuan utama:
·         Penentuan Prioritas. Tiap-Tiap proses unit bisnis kritis harus dikenali dan diprioritaskan, dan dampak suatu peristiwa yang mengganggu harus dievaluasi. Proses bisnis yang tidak time-critical diberi prioritas lebih rendah dibanding proses bisnis yang time-critical.

·         Estimasi  Downtime. BIA dilakukan untuk membantu menaksir maksimum  downtime yang masih dapat ditolerir  (MTD,  maximum tolerable downtime) oleh perusahaan; di mana, periode waktu yang terpanjang suatu proses kritis dapat terus berlangsung sebelum perusahaan tersebut tidak mampu lagi memulihkan ke kondisi semula. Hal ini sering kali ditemukan sepanjang proses BIA bahwa periode waktu tersebut jauh lebih pendek   dibanding dengan apa yang diharapkan.

·         Kebutuhan Sumber Daya. Kebutuhan sumber daya untuk proses yang kritis juga diidentifikasi pada proses ini, proses-proses yang paling time-sensitive memerlukan alokasi sumber daya yang paling banyak.

Pada umumnya BIA terdiri dari empat tahap, yaitu:
1.    Pengumpulan bahan-bahan penilaian yang diperlukan
2.    Melakukan vulnerability assessment
3.    Menganalisis informasi yang telah diolah
4.    Mendokumentasikan hasilnya dan menentukan saran-saran terhadap apa yang harus dilakukan

Penjelasan dari empat tahap itu adalah sebagai berikut :
               Pengumpulan Bahan-bahan Penilaian yang Diperlukan Langkah awal BIA adalah mengidentifikasi unit bisnis yang kritis.  Sering kali, langkah
awalnya adalah dengan melihat skema organisasi yang menunjukkan hubungan antar bisnis unit. Pada tahap ini dapat pula dilakukan pengumpulan dokumen-dokumen sebagai salah satu usaha untuk menentukan hubungan timbal balik fungsional organisasi. Setelah bahan-bahan dikumpulkan dan operasi-operasi fungsional bisnis dikenali, BIA akan menguji kebergantungan fungsi-fungsi bisnis ini dengan beberapa faktor, seperti faktor-faktor kesuksesan bisnis yang terlibat, menetapkan satu set prioritas antar unit, dan prosedur-prosedur proses alternatif apa yang dapat digunakan.



Vulnerability Assessment
   Vulnerability Assessment sering menjadi bagian dari suatu BIA. Proses ini mirip dengan  Risk Assessment yang di dalamnya terdapat penilaian kuantitatif (finansial) dan penilaian kualitatif (operasional). Perbedaannya,   vulnerability assessment dilakukan dalam cakupan yang lebih kecil dan dipusatkan untuk menyediakan informasi yang akan digunakan semata-mata untuk pembuatan  business continuity plan atau  dissaster recovery plan. Kegunaan  vulnerability assessment  adalah untuk melakukan suatu analisa dampak kerugian. Ada dua bagian penilaian, penilaian keuangan dan penilaian operasional. Penting untuk menentukan ukuran-ukuran kerugian keduanya baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Ukuran-ukuran kerugian secara kuantitatif dapat digambarkan sebagai berikut:
·         Penentuan besarnya kerugian keuangan dari hilangnya pendapatan, pengeluaran modal, atau resolusi kewajiban pribadi
·         Biaya operasional yang tambahan yang dibutuhkan dalam kaitan dengan kejadian yang mengganggu
·         Penentuan kerugian keuangan dari resolusi pelanggaran persetujuan kontrak
·         Penentuan kerugian keuangan dari  resolusi pelanggaran pengatur atau pemenuhan kebutuhan

Ukuran-ukuran kerugian kualitatif terdiri dari:
·         Hilangnya manfaat kompetisi atau penguasaan pasar
·         Hilangnya kredibilitas atau kepercayaan publik
·         Selama  vulnerable assesment,  critical support area harus ditentukan dalam rangka menilai dampak suatu peristiwa yang mengganggu. Critical support areadidefinisikan sebagai suatu unit atau  fungsi bisnis yang harus ada untuk mendukung kesinambungan proses-proses bisnis, memelihara keselamatan hidup, atau menghindari kebingungan masyarakat.



Critical support area bisa meliputi:
·         Telekomunikasi, komunikasi data, atau area teknologi informasi
·         infrastruktur fisik atau jasa transportasi
·         Akuntansi, penggajian, proses transaksi, layanan pelanggan, pembelian

Analisa Informasi
               Selama tahap analisa BIA, beberapa aktivitas berlangsung, seperti mendokumentasikan proses-proses yang diperlukan, mengidentifikasi ketergantungan satu proses dengan proses lainnya, dan menentukan periode gangguan yang masih bisa diterima. Tujuan dari tahap ini adalah untuk memaparkan secara jelas dukungan-dukungan apa saja yang diperlukan untuk memelihara arus pendapatan dan memelihara proses-proses bisnis sudah ada, seperti tingkatan proses  transaksi dan tingkatan layanan pelanggan. Oleh karena itu, elemen-elemen analisa harus datang dari seluruh area di perusahaan tersebut.

Dokumentasi dan Rekomendasi
   Langkah yang terakhir dalam proses BIA melibatkan pendokumentasian secara menyeluruh dari semua proses, prosedur, analisa, dan hasil dan mempresentasikan rekomendasi yang tepat kepada manajemen senior. Laporan berisi bahan-bahan  yang sebelumnya dikumpulkan, daftar area kritis yang membutuhkan dukungan, rangkuman dampak kualitatif dan kuantitatif, dan menyediakan rekomendasi prioritas mengenai pemulihan yang pelru dilakukan yang diperoleh dari hasil analisa. Pengembangan Business Continuity Plan Pengembangan  business continuity plan mengacu pada penggunaan informasi yang dikumpulkan pada proses BIA untuk membuat  rencana strategi pemulihan untuk mendukung fungsi bisnis kritis. Di sini  kita mengambil informasi yang dikumpulkan dari BIA dan memulai merencanakan suatu strategi untuk membuat continuity plan.
Tahapan ini terdiri dari dua langkah utama:
1. Pendefinisian continuity strategy
2. Pendokumentasian continuity strategy


Disaster Recovery Planning
               Disaster recovery plan merupakan program yang tertulis dan telah disetujui, diimplementasikan, serta dievaluasi secara periodik, yang menfokuskan pada semua aksi yang perlu dilakukan sebelum, ketika, dan setelah bencana. Rencana ini disusun berdasarkan review secara menyeluruh terhadap bencana-bencana yang potensial, yang mencakup lingkup fasilitas, lokasi geografis, atau industri. Rencana ini juga merupakan pernyataan dari tanggapan yang tepat untuk proses pemulihan yang bersifat efektif terhadap biaya dan cepat. Oleh karena itu, rencana yang dibuat haruslah mengidentifikasi di mana, yang mana, dan bagaimana recordrecord dapat diperoleh. Review yang harus dilakukan mencakup pertimbangan dari berbagai hal
di bawah ini : 

·         Apakah media magnetik, optik, atau microfilm, disimpan pada kabinet yang sesuai?
·         Apakah ada peraturan melarang merokok di area-area tempat penyimpanan media kertas atau bahan-bahan kimia ?
·         Apakah kotak atau kontainer record berserakan di lantai bahkan selama proses awal  berlangsung ? 
·         Apakah bahan-bahan kimia, termasuk yang digunakan di mesin-mesin kantor, disimpan dengan cara yang tepat dan pada tempat yang tepat sehingga bencana dapat dihindari atau diminimisasi ?
·         Apakah peralatan elektrik dimatikan pada akhir hari ?
·         Apakah perlu peralatan-peralatan yang ada di perusahaan digunakan untuk keperluan data rumahan ?

   Disaster recovery planning adalah suatu pernyataan yang menyeluruh mengenai tindakan konsisten yang harus diambil sebelum, selama, dan setelah suatu peristiwa yang mengganggu yang menyebabkan suatu kerugian penting sumber daya sistem informasi. Disaster recovery plan adalah prosedur untuk merespons suatu keadaan darurat, menyediakan backupoperasi selama gangguan terjadi, dan mengelola pemulihan dan menyelamatkan proses sesudahnya.
               Sasaran pokok  disaster recover plan adalah untuk menyediakan kemampuan dalam menerapkan proses kritis di lokasi lain dan mengembalikannya ke lokasi dan kondisi semula dalam suatu batasan waktu yang memperkecil kerugian kepada organisasi, dengan pelaksanaan
prosedur recovery yang cepat.

Tujuan dan Sasaran DRP
   Tujuan DRP yang utama adalah untuk menyediakan suatu cara yang terorganisir untuk membuat keputusan jika suatu peristiwa yang mengganggu terjadi. Tujuan  disaster recovery plan adalah untuk mengurangi kebingungan organisasi dan meningkatkan kemampuan organisasi untuk berhubungan dengan krisis tersebut. Sesungguhnya, ketika suatu peristiwa yang mengganggu terjadi, organisasi tidak akan mempunyai kemampuan untuk menciptakan dan melaksanakan suatu rencana pemulihan dengan segera. Oleh karena itu, jumlah perencanaan dan pengujian yang telah dilakukan sebelumnya  akan menentukan kemampuan organisasi tersebut dalam mengangani suatu bencana. DRP mempunyai banyak sasaran, dan masing-masing sasaran tersebut penting. Sasaransasaran tersebut meliputi:
·         Melindungi suatu organisasi dari kegagalan penyediaan jasa komputer.
·         Memperkecil risiko keterlambatan suatu organisasi dalam menyediakan jasa
·         Menjamin keandalan sistem melalui pengujian dan simulasi
·         Memperkecil pengambilan keputusan oleh personil selama suatu bencana
 
Tahapan DRP ini meliputi:
·         Proses DRP
·         Pengujian disaster recovery plan
·         Prosedur disaster recovery 


Elemen Utama Yang Perlu Diperhatikan dalam DRP
               Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,  disaster recovery  merupakan proses menjalankan kembali operasi bisnis dan merekontruksi record-record bisnis yang penting setelah bencana.  Disaster recovery  mengidentifikasi dan melindungi semua record penting, baik yang terdapat pada media kertas, hardisk komputer, disk optik, dari proses penyelamatan
hingga proses rekonstruksi. Untuk keperluan ini, ada baiknya kalau dibahas elemen-elemen utama pada  disaster recovery planning.  Elemen utama  disaster recovery plan dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu : 
·         Elemen-Elemen Yang Bersifat Umum Bagi Semua Aspek Rencana
·         Elemen-Elemen Ketika Operasi Bisnis Dijalankan Lagi
·         Elemen-Elemen Ketika Operasi Penyelamatan Dan Pemulihan Dilakukan 

Elemen-Elemen Yang Bersifat Umum Bagi Semua Aspek Rencana Dalam rangka  disaster recovery plan menjadi efektif, maka perlu diperhatikan elemen-elemen dasar tertentu. Selagi deskripsi aktual dari elemen-elemen tersebut berubah dari satu tempat ke tempat yang lain, pengalaman menunjukkan bahwa masingmasing harus terdapat di dalam rencana agar rencana yang efektif dapat dicapai. Elemenelemen tersebut sebagai berikut:
·         pernyataan kebijakan yang jelas (clear policy statement), mencakup tujuan dan sasaran pemulihan;
·         wewenang aktivasi (activation authority), yaitu siapa yang berhak memimpin tim rencana pemulihan;
·         struktur tugas (task organization), mencakup tugas dan fungsi tiap tim atau
anggota tim pemulihan; tim pemulihan setelah bencana (disaster recovery team), yaitu anggota tim yang bertugas menjalankan  disaster recovery plan;
·         Layout organisasi (facility floor plan or layout), yaitu  tata letak tiap tempat dalam suatu oraganisasi atau perusahaan; 
·         prosedur distribusi informasi (information distribution procedure), merupakan metode spesifik untuk mengontak anggota tim pemulihan, vendor, agen pendukung, supplier, dan semua pihak yang terkait;
·         pemantauan kondisi yang berbahaya (monitoring of destructive area);
·         traning pekerja (provision for training of employee), merupakan kegiatan untuk melatih para pekerja mengenai prosedur pemulihan;  
·         hal-hal lain seiring dengan  jalannnya proses pemulihan (provision for ongoing review and revision). 

Proses Disaster Recovery Planning
   Langkah-Langkah di dalam tahap disaster planning process adalah sebagai berikut: Data Processing Continuity Planning. Perencanaan ketika terjadi bencana dan menciptakan rencana untuk mengatasi bencana tersebut. Disaster Recovery Plan Maintenance. Melihara rencana tersebut  agar selalu diperbarui dan relevan.

Data Processing Continuity Planning
   Berbagai cara proses backup adalah unsur-unsur terpenting dalam  disaster recovery plan. Di bawah ini dapat lihat jenis-jenis proses yang paling umum:
·         Mutual Aid Agreements
·         Subcription Services
·         Multiple Centers
·         Service Bureaus
·         Data Center Backup Alternatif Lainnya

Penjelasan lebih rinci dari jenis-jenis proses diatas yaitu :
   Mutual Aid Agreements
               Mutual aid agreements adalah suatu perjanjian dengan perusahaan lain yang mungkin punya kebutuhan komputasi serupa. Perusahaan lain mungkin punya bentuk wujud perangkat lunak atau perangkat keras serupa, atau memerlukan komunikasi data jaringan yang sama atau akses internet yang serupa dengan organisasi milik kita. Di dalam persetujuan ini, kedua belah pihak setuju untuk mendukung satu sama lain ketika suatu peristiwa yang mengganggu terjadi. Persetujuan ini dibuat dengan asumsi bahwa masing-masing operasi organisasi mempunyai kapasitas untuk mendukung
operasi organisasi lain yang sejenis pada saat diperlukan.
               Ada keuntungan yang jelas dari perjanjian ini. Hal ini memungkinkan suatu organisasi untuk memperoleh tempat sementara untuk melakukan kegiatan operasionalnya ketika terjadi bencana dengan biaya yang sangat kecil atau tanpa biaya sama sekali. Juga, jika perusahaan mempunyai kebutuhan proses yang serupa, seperti sistem operasi jaringan yang sama, kebutuhan komunikasi  data yang sama, atau prosedur proses transaksi yang sama prosedur, persetujuan jenis ini  mungkin tepat dan dapat dilakukan. Persetujuan jenis ini mempunyai kerugian serius pula, bagaimanapun, dan benar-benar harus dipertimbangkan hanya jika organisasi mempunyai mitra yang sempurna dan tidak punya alternatif lain terhadap  disaster recovery. Satu kerugiannya adalah mau tidak mau masing-masing infrastruktur organisasi harus mempunyai ekstra kapasitas yang tak terpakai untuk memungkinkan pengolahan operasional penuh sepanjang peristiwa yang mengganggu terjadi.  Kekurangan yang paling besar dalam rencana jenis ini adalah apa yang akan terjadi ketika bencana tersebut cukup besar dan mempengaruhi kedua organisasi tersebut. Ketika keduanya mengalami bencana, keuntungan yang sedianya bisa diperoleh menjadi tidak lagi dimungkinkan. 

Subscription Services

               Jenis skenario lain yaitu dengan menggunakan jasa langganan (subcription services). Di dalam skenario ini, pihak ketiga, jasa komersial menyediakan proses  backup dan fasilitas pemrosesannya. Jasa Langganan mungkin yang paling umum dilakukan. Jenis ini mempunya kerugian dan keuntungan yang sangat spesifik. Terdapat tiga bentuk dasar subcription service dengan beberapa variasi:
·         Hot Site
·         Warm Site
·         Cold Site

  

Hot Site
               Ini adalah lokasi backup alternatif yang paling hebat. Hot site adalah suatu tempat yang mempunyai fasilitas komputer yang dipasok dengan daya listrik, pemanasan, ventilasi, dan proses pengaturan suhu, dan berfungsi sebagai file/print server dan workstation. Aplikasi yang diperlukan untuk  mendukung proses transaksi secara remote di-install pada server dan workstation dan dijaga agar selalu  up-to-date sesuai dengan kondisi operasional biasa.  Lokasi jenis ini  memerlukan pemeliharaan perangkat keras, perangkat lunak, data, dan aplikasi yang teratur untuk menjaga  kesesuaian dengan kondisi biasanya. Hal ini memerlukan biaya administratif yang lebih dan cukup menghabiskan sumber daya. Keuntungan dari hot site ini cukup banyak. Keuntungan yang utama adalah bahwa ketersediannya selama 24/7. Hot site dapat digunakan secara cepat dan tersedia (atau di dalam toleransi waktu yang diperbolehkan) sesaat setelah peristiwa yang mengganggu terjadi. 

Warm Site
               Warm site merupakan kombinasi antara hot site dan cold site. Seperti halnya hot site, pada warm site terdapat suatu fasilitas komputer yang tersedia dengan daya listrik dan HVAC, tetapi aplikasinya belum di-install atau dikonfigurasi.  Untuk memungkinkan pengolahan secara remote pada lokasi jenis ini, workstationharus dikirimkan dengan cepat; dan aplikasi dan data mereka perlu di-restore dari backup media.

Keuntungan warm site adalah sebagai berikut:
·         Harga. Lebih murah dibanding hot site. 
·         Lokasi. Lokasi bisa dipilih lebih fleksibel. 
·         Sumber daya. Sumber daya yang digunakan lebih sedikit daripada sumber daya yang dibutuhkan hot site.

   Kerugian yang utama dibandingkan dengan  hot site, adalah diperlukannya waktu dan usaha yang lebih besar untuk memulai  proses recovery di tempat yang baru.

Multiple Centers
   Variasi untuk lokasi alternatif yang  sebelumnya telah disebutkan sebelumnya dinamakan multiple centers, atau lokasi rangkap. Dalam suatu konsep multiple-center, proses pengolahan tersebar di beberapa pusat operasi, menciptakan suatu pendekatan reduncancy dan pembagian sumber daya tersedia.  Multiple-center ini dimiliki dan diatur oleh organisasi yang sama (lokasi  in-house) atau penggunaan bersama dengan beberapa macam persetujuan timbal balik. Keuntungannya  terutama hanya semata-mata masalah finansial. Kerugian yang utama adalah relatif lebih sulit untuk dikelola.

Service Bureaus
   Dalam kasus yang langka, suatu organisasi dapat mengontrak suatu kantor jasa/layanan untuk secara penuh menyediakan semua proses backup. Keuntungan yang besar pada  jenis ini adalah ketersediaan dan tanggapan yang cepat kantor jasa/layanan dan uji coba bisa dilakukan. Kerugian dari jenis ini adalah biaya yang dibutuhkan cukup besar.

Hal-hal Lain Yang Perlu Diperhatikan Dalam Menyusun Disaster Recovery Plan Berikut adalah daftar hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan ketika membuat Information
   Disaster Recovery Plan sebuah perusahaan : 
·         memastikan keamanan para pekerja dan pengunjung pada lokasi di mana mereka berada;
·         melindungi record dan informasi penting;
·         memastikan keamanan fasilitas dan lokasi-lokasi bisnis;
·         memastikan ketersediaan material, perlengkapan, dan peralatan;
·         mengurangi risiko bencana yang diakibatkan oleh kesalahan manusia  atau kegagalan peralatan yang digunakan;
·         data-data dan fasilitas penting lainnya telah ditata dengan baik sehingga memudahkan proses pemulihan ketika bencana alam terjadi;
·         memastikan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan operasi setelah bencana;
·         memulihkan record-record yang hilang atau rusak setelah bencana.

Tes Perencanaan Pemulihan bencana

               Tes terhadap rencana pemulihan bencana sangat penting (tape backup system tidak dapat di nyatakan bekerja hingga tes–tes restorasi/perbaikan telah  dilakukan), sehingga rencana pemulihan bencana memiliki banyak elemen yang hanya merupakan teori hingga elemen-elemen tersebut di tes dan diakui secara nyata. Tes terhadap rencana tersebut harus diciptakan dan percobaan harus dilakukan secara berurutan, dalam bentuk standar dan dilakukan pada basis reguler. Juga terdapat lima pengetesan pemulihan bencana yang spesifik yang harus diketahui oleh kandidat CISSP, latihan-latihan dan tes-tes pemulihan bencana yang reguler adalah secara berurutan dari setiap rencana pemulihan bencana. Tak ada kemampuan pemulihan yang didemonstrasikan hingga rencananya telah di tes. Setiap tes harus melatih setiap komponen rencana meminimalkan benturan-benturan dari kejadian-kejadian yang merusak. Alasan pengetesan Sebagai tambahan atas alasan umum untuk  melakukan tes yang kita telah sebutkan sebelumnya, terdapat beberapa alasan khusus untuk melakukan tes, yang utama untuk menginformasikan manajemen kemampuan-kemampuan pemulihan perusahaan. 

Minggu, 18 Desember 2016

Data Center Infrastructure Management


Data Center Infrastructure Management


        Operasional data center sangat  tergantung pada kehandalan operasional infrastruktur. Kegagalan operasional infrastruktur pendukung akan mengganggu operasional data center bahkan berpotensi menghentikan operasional data center. Ada tiga jenis infrastruktur pendukung data center berdasarkan hirarki kevitalannya yakni kelistrikan, pendingin udara, dan sistem pemadam api.

A. Kelistrikan
Sistem kelistrikan bagi data center merupakan kebutuhan minimal yang harus ada agar data center dapat beroperasi karena infrastruktur utama membutuhkan arus listrik agar dapat beroperasi. Arus listrik merupakan kebutuhan dasar server dan peripheralnya   untuk sekedar hidup (ON) sebelum dioperasikan secara normal.

1. UPS

          Pasokan arus listrik ke perangkat server tidak boleh terputus walaupun hanya sekedar kedip karena akan menyebabkan server atau perangkat aktif lainnya mengalami abnormally shutdown. Untuk menghindari terjadinya gangguan tersebut, pasokan arus listrik ke server serta perangkat vital lainnya harus bersumber dari UPS     (Uninterruptible Power System). UPS berfungsi  sebagai pemasok arus listrik secara kontinu tanpa terputus namun dalam tempo terbatas.  UPS merupakan perangkat listrik vital bagi data center, tidak ada data center yang beroperasi tanpa UPS walaupun pasokan arus listrik negara relative stabil. Disamping sebagai pemasok arus listrik tak terputus, UPS memiliki fungsi  lain sebagai stabilisator yakni mengatur output tegangan listrik agar tetap stabil. Dengan demikian arus listirk yang bersumber dari UPS  lebih terjamin kualitas dan kontinuitas pasokannya dibandingkan dengan yang bersumber langsung dari listrik negara atau genset. Satu hal yang  perlu dipahami bahwa UPS bukan  sebagai pemasok arus listrik dalam waktu yang lama. Sering terjadi kesalahan persepsi dimana UPS disamakan dengan genset. Kesalahan persepsi ini mengakibatkan operator tidak melakukan tindakan apapun atau tidak peduli dengan terputusnya pasokan listrik negara karena mengandalkan UPS. Ketika UPS kehilangan daya dan tidak mampu lagi memasok arus listrik, diklaim UPS tidak berfungsi. Padahal UPS sudah berfungsi dan waktu pasokan arus listrik yang disediakan cukup untuk menunggu jeda waktu masuknya pasokan arus listrik dari genset.   Dalam kondisi beban maksimum (nilai ambang), dengan dukungan battery berkapasitas standar UPS mampu memasok arus listrik selama ±7 menit, waktu yang cukup untuk genset melakukan startup secara otomatis dan segera mengambil alih sebagai pemasok arus listrik ke UPS. Run time battery tersebut akan menurun seiring dengan bertambahnya beban dan usia battery itu sendiri. Ini berarti dalam kondisi overload atau usia battery yang semakin  tua, waktu pasok UPS menjadi lebih singkat. Bahkan karena singkatnya, seolah-olah UPS tidak berfungsi. Seiring dengan pertumbuhan beban, kebutuhan daya listrik  UPS juga semakin bertambah. Namun sering terjadi penambahan hardware tanpa memperhitungkan kapasitas UPS. Akibatnya UPS tidak berfungsi optimal, UPS kehilangan pasokan daya dengan sangat cepat yang mengakibatkan abnormally shutdown pada server atau perangkat vital lainnya. Tuduhan yang paling sering muncul adalah ‘UPS tidak berfungsi’. Padahal sebenarnya UPS berfungsi namun tempo pasokannya relative lebih singkat dari waktu yang diperlukan oleh genset melakukan startup, apalagi jika start up  genset dilakukan secara manual.


Beberapa hal yang terkait dengan kinerja  UPS, antara lain :

- Kapasitas UPS

     Kapasitas UPS yang digunakan di data center tergantung pada  besarnya beban perangkat kritis yang membutuhkannya. Tidak semua perangkat yang ada di data center arus listriknya bersumber dari UPS. AC (air conditioner) walaupun peranannya cukup vital di dalam operasional data center namun AC tidak layak bersumber dari UPS karena akan memperpendek waktu pasok UPS.  Sebaliknya fire control system (FCS) walaupun sebagai perangkat optional namun arus listriknya bersumber dari UPS karena diperlukan kontinuitasnya dalam memproteksi ruang data center.

- Power Factor (pf)

        Merupakan perbandingan antara daya (watt) output UPS dengan kapasitas UPS (KVA) yang dinyatakan dalam %. Semakin besar pf semakin efisien kinerja UPS, yang berarti semakin banyak beban yang dapat dipasok oleh UPS.  pf UPS umumnya berkisar antara 60% - 80%,  jarang yang lebih besar dari itu. Informasi pf ini tersamar, namun sangat penting dalam menentukan efektifitas dan efisiensi UPS. Seringkali informasi pf ini tertutup oleh spesifikasi kapasitas (KVA) UPS. Akibatnya pada saat diimplemenasikan, UPS dengan pf < 80%  akan lebih cepat mengalami overload.

- Umur Battery

      Tidak ada masalah dengan instalasi baru UPS karena battery-nya pun baru. Perlu diketahui, usia efektif battery UPS maksimum 2 tahun. Sebenarnya ketika battery mulai dioperasikan, secara perlahan efektifitas battery akan menurun secara gradasi. Efektifitas terendah ketika usia battery mencapai 2 tahun. Penurunan efektifitas battery tidak pernah dirasakan apabila pasokan listrik negara dalam kondisi stabil dan atau genset beroperasi secara otomatis serta segera mengambil alih peran sebagai pemasok arus listrik  dalam tempo singkat. Namun sebaliknya apabila pasokan listrik negara sering terputus dan genset tidak segera mengambil alih sebagai pemasok arus listrik, niscaya peran battery sangat signifikan dalam mendukung operasional UPS. 

Konfigurasi UPS

        Ada beberapa macam variasi konfigurasi UPS yang digunakan di data center  mulai dari stand alone/ tunggal  sampai dengan redundant parallel architecture (RPA) dengan melibatkan/ menggabungkan banyak UPS untuk berbagi beban bersama.  Berikut variasi konfigurasi UPS yang umum digunakan untuk data center antara lain :

Stand alone

      UPS beroperasi dan memasok ke beban sendiri karena kapasitas UPS cukup memenuhi  kebutuhan beban. Konfigruasi ini sangat umum digunakan pada data center berukuran kecil dimana hanya dengan satu UPS dapat memenuhi kebutuhan data center. Konsekuensinya apabila terjadi kerusakan pada system UPS, maka pasokan listrik ke perangkat data center terpaksa harus melalui system by pass yang tidak terjamin kontinuitas pasokan arus listriknya karena bersumber langsung dari travo/ genset.

Hot standby

      Kofigurasi dua unit UPS dimana salah satunya sebagai pemasok utama, sedangkan lainnya sebagai backup pada posisi by pass UPS utama. Dalam konfigurasi ini kedua UPS baik yang utama maupun UPS backup beroperasi besama-sama namun yang berfungsi efektif hanya UPS utama seperti gambar dibawah ini.

Parallel

        Menyusun dua unit UPS untuk berbagi beban bersama seperti tampak dalam gambar di bawah. Konfigurai parallel dikendalikan oleh controller yang bekerja secara otomatis dalam membagi beban. Di dalam konfigurasi parallel ini disyaratkan kedua UPS dari jenis atau merk dan kapasitas yang sama. Perbedaan jenis berpotensi menyebabkan kegagalan fungsi kedua UPS. Perlu diwaspadai apabila beban pada masing-masing UPS telah mencapai 50%, karena apabila salah satu UPS terganggu, maka beban UPS operasional berubah menjadi 100% bahkan berubah menjadi overload. Namun demikian konfigurasi parallel ini jauh lebih baik karena kedua UPS bekerja, tidak ada yang idle seperti pada konfigurasi hot standby dimana UPS-2 dlam posisi idle apabila UPS-1 sedang beroperasi. 

Redundant parallel

      Menggabungkan dua atau lebih unit UPS kedalam suatu rangkaian parallel dimana setiap UPS melakukan koneksi dan saling berkomunikasi antara satu dengan lainnya. Operasional konfigurasi ini dikontrol oleh controller yang secara aktif membagi beban secara merata seperti tampak pada gambar dibawah. Konfigurasi sebenarnya tentu tidak sesederhana gambar diatas karena melibatkan rangkaian elektronik yag lebih rumit dari konfigurasi sebelumnya. Konfigurasi redundant parallel ini kini menjadi paling popular digunakan pada data center yang besar karena memiiki banyak kelebihan dibandingkan konfigurasi lainnya antara lain :

•       Fault tolerance
Sistem tetap dapat beroperasi walaupun terjadi kerusakan pada salah satu atau lebih UPS.


•       Error masking
Kemampuan system untuk menutupi kerusakan sehingga dapat mencegah gangguan terhadap fungsinya.

•        Error detection
Kemampuan sistem melakukan pengawasan untuk mengetahui adanya kerusakan.

•        Error isolation
Kemampuan untuk melepaskan bagian yang rusak sehingga tidak mengganggu unjuk kerja system
•         Error removal
Penggantian bagian yang rusak  tanpa perlu menghentikan fungsi yang rusak.

•        Fault Analysis – Part Identification
Kemampuan system untuk melakukan analisa suatu kegagalan dan menentukan bagian yang rusak.

•        Return to normal mode
Kemampuan system untuk mengembalikan ke fungsi normal tanpa menimbulkan gangguan pada beban kritis.


- Ruang UPS

     Ingat, UPS merupakan salah satu dari heat generator, dan efek samping selama operasinya berupa panas. Sedangkan komponen elektronik pengendali UPS itu sendiri sangat rentan terhadap panas. Panas berlebih di luar toleransi akan di respon oleh thermostat dengan mematikan UPS dengan tujuan menyelamatkan komponen elektroniknya. Untuk mengantisipasi kejadian dimaksud, perangkat UPS harus ditempatkan pada suatu ruang dengan temperature dibawah suhu kamar 25o celcius. Agar efisien, sering dijumpai UPS ditempatkan di ruang data center bersama dengan server dan perangkat vital lainnya. Namun ada juga yang sengaja memisahkan dan menempatkan di suatu ruang khusus UPS karena di dalam ruang tersebut terdapat pula UPS  dari kantor-kantor lainnya. 

       Arus listrik dari UPS diatur pemakaiannya melalui panel distribusi. Pada panel distribusi tersebut terdapat beberapa mini circuit breaker (mCB) sebagai pengaman aliran arus listrik ke beban. Pengamanan aliran arus listrik oleh mCB dilakukan melalui pembatasan arus listrik maksimum  yang melaluinya dimana apabila arus listrik melebihi kemampuan mCB maka secara otomatis tuas mCB akan memutuskan arus listrik ke beban. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari panasnya kabel listrik akibat beban berlebih yang dapat mengakibatkan kebakaran.  Hubungan arus pendek merupakan kejadian overload yang sangat berbahaya karena menimbulkan percikan api. Apabila ini terjadi, secara otomatis tuas mCB akan memutuskan arus listrik yang menuju ke beban yang mengalaminya.Dengan adanya panel distribusi di dalam data center diharapkan pasokan listrik ke setiap hardware menjadi mandiri. Gangguan arus listrik yang terjadi pada suatu hardware tidak menggangu aliran listrik pada hadware lainnya. Disamping itu dengan adanya panel distribusi, pelaksanaan pemeliharaan kelistrikan data center menjadi lebih mudah.Seiring dengan penambahan hardware, bertambah pula jumlah mCB yang digunakannya. mCB dalam jumlah banyak tanpa identitas akan menyulitkan pengendalian pada saat pemeliharaan.  Karena kekeliruan dalam menurunkan tuas mCB akan fatal akibatnya. Untuk mempermudah pengendalian, sejak awal sebaiknya masing-masing mCB didata peruntukannya, dibuatkan diagram, dan ditempelkan pada bagian dalam tutup panel atau memberikan label pada setiap ujung kabel sesuai dengan tanda pada diagram guna membantu mempermudah petugas berwenang dalam menjalankan tugasnya.
   
       Panel utama memuat Main Circuit Breaker (MCB) input dan output UPS sekaligus dimana pada masing-masing MCB diberi tanda input dan output. MCB input mengendalikan pasokan arus listrik ke arah UPS, sedangkan MCB ouput mengendalikan pasokan arus listrik ke arah panel distribusi. Nilai batas arus MCB input harus lebih besar dari kebutuhan arus input UPS, sedangkan MCB ouput harus lebih besar dari kebutuhan total beban. MCB ouput UPS sifatnya sangat vital karena kegagalan operasional MCB ini mengakibatkan  pasokan arus litrik ke seluruh perangkat vital di data center terputus karena posisi MCB output berada di antara UPS dan beban. Pada kenyataannya   nilai kapasitas MCB ouput UPS ini jarang sekali diperhatikan. Hanya nilai mCB pada panel distribusi yang selalu diperhatikan ketika hendak menginstal perangkat baru. Penambahan beban yang dilakukan terus menerus tanpa diimbangi penambahan nilai kapasitas MCB, berpotensi mengakibatkan  terputusnya aliran listrik total ke data center karena tuas MCB down sementara  tuas mCB pada panel distribusi masih dalam posisi ON.

          Genset merupakan pembangkit listrik tenaga diesel. Pada setiap gedung perkantoran umumnya dilengkapi genset dengan kapasitas yang cukup besar. Keberadaan genset sangat penting dalam mendukung kontinuitas aktifitas bisnis para tenant/ pengguna jasa  gedung. Ketika aliran listrik negara terputus, operasional seluruh perangkat kritis tenant termasuk data center sangat tergantung pada operasional genset. Namun disayangkan keberadaan genset tidak menjamin kontinuitas operasional data center apabila operasional genset tidak sesuai dengan yang dikehendaki seperti misalnya kapasitas tidak cukup memasok kebutuhan beban, terlambat mengambil alih aliran listrik hingga kapasitas UPS nihil, atau kehabisan bahan bakar.  
Data center sebagi unit kritis seharusnya tidak perlu mengalami gangguan yang disebabkan  oleh ketidakhandalan genset gedung. Data center seharusnya memiliki  genset khusus yang didedikasikan hanya untuk memasok data center. Dengan memliki genset khusus,  kontinuitas operasional data center akan lebih terjamin.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai genset antara lain :  

a. Kapasitas genset

    Seperti disebutkan diatas, kapasitas genset dapat menjadi kendala kontinuitas operasional data center. Dalam menyediakan genset khusus data center, hendaknya disusun skala prioritas terhadap seluruh perangkat yang ada di dalam data center. Ingat, selain server serta perangkat kritis lainnya, AC walaupun tidak termasuk perangkat kritis namun sangat penting peranannya dalam operasional data center. Tanpa pasokan udara dingin dalam waktu  yang lama, operasional data center berpotensi akan terhenti dengan sendirinya. Sebagai pembangkit listrik, kapasitas output genset juga memiliki power factor. Perhitungkan power factor tersebut bandingkan dengan kebutuhan beban sekarang dan rencana beban 5 – 10 tahun kedepan.

b. Metoda startup

     Sesuai fungsinya sebagai pengganti aliran listrik negara, pengambil alihan pasokan listrik  seharusnya dilakukan genset sesegera mungkin. Idealnya dalam tempo 45 detik setelah aliran listrik negara terputus, genset sudah dapat mengambil alih dan memasok arus listrik secara stabil. Kondisi seperti ini dapat dipenuhi hanya apabila metode start up genset dilakukan secara otomatis. Jangan mengambil risiko dengan melakukan start up genset dengan cara manual karena keterlibatan operator genset tak dapat diandalkan ketika diperlukan.


        AC merupakan infrastruktur pendukung vital kedua setelah UPS. Karena pada dasarnya operasional data center dapat dilaksanakan tanpa peran AC apabila temperature ruang data center dapat mencapai dibawah suhu kamar atau wilayah yang berada pada >40o lintang utara atau selatan ketika musim dingin.  Namun untuk data center yang berada di wilayah tropis seperti Indonesia, keberadaan AC di data center hukumnya wajib. Untuk menjaga agar temperature data center senantiasa berada di bawah suhu kamar, AC data center harus dioperasikan secara kontinu. Terhentinya pasokan udara dingin ke data center akan meningkatkan temperature ruang yang  berisiko terhadap aktifitas server dimana server akan melakukan automatically shutdown sebagai upaya server dalam mencegah kerusakan komponennya yang disebabkan oleh panas berlebih. Efek samping dari operasional perangkat computer dan perangkat aktif lainnya adalah panas. CPU komputer, perangkat komunikasi data,  dan UPS merupakan penghasil panas (heat generator).                  Semakin tinggi kemampuan processor, semakin tinggi temperatur CPU yang ditimbulkan dan semakin cepat pula efek panas yang ditimbulkannya. Namun di sisi lain, komponen computer tidak tahan terhadap panas. Apabila dibiarkan CPU akan menggoreng dirinya sendiri. Untuk memitigasi timbulnya panas berlebih yang berisiko merusak komponen, di dalam ruang data center harus dilengkapi dengan pendingin udara  yang mampu mengatur suhu udara dan kelembaban sekaligus dengan stabil. Kebutuhan tersebut hanya dapat dipenuhi oleh Precision Air conditioner (PAC). Suhu ruang data center sebaiknya dijaga dibawah suhu kamar atau sekitar 22 0C agar mampu menetralisir temperature yang dihasilkan oleh computer dengan kelembaban antara (40 – 60)%.
.

Jenis-jenis Pendingin Udara (AC) Data Center

Secara garis besar ada empat jenis AC yang dapat digunakan untuk mendinginkan ruang data center  yakni jensi window, split, VRV, dan water chiller. Yang membedakan diantara keempat jenis AC tersebut adalah posisi antara condensor dan evaporator dan bahan pendingin yang digunakannya. Ketiga jenis pertama menggunakan bahan pendingin berupa gas freon, sedangkan jenis terakhir menggunakan air yang didinginkan.

a. Window

Merupakan sistem pendingin udara paling sederhana, dimana antara condensor dan evaporator berada dalam satu kemasan/ box. Jenis AC ini diinstal dengan membuat lubang pada dinding seluas dimensi box AC. Walaupun jenis AC ini dapat digunakan untuk mendinginkan ruangan, namun perlu dipertimbangkan kembali pemakaiannya untuk data center karena lubang pada dinding berpotensi sebagai celah yang lemah.

b. Split

Sesuai namanya, pada jenis ini evaporator (bagian indoor) dan condensor (bagian out door) dipisahkan dengan jarak sekitar 3 meter. Koneksi diantara keduanya dilakukan  melalui pipa menembus dinding.  Jenis AC ini umum digunakan untuk mendinginkan ruang data center yang berukuran kecil sesuai dengan kapasitasnya. Pada data center yang berukuran besar,  jenis AC ini kurang sesuai karena membutuhkan unit yang banyak.

c. Water chiller

Merupakan sistem pendingin udara yang berukuran besar, sebagai AC sentral pada gedung perkantoran. Udara dingin yang dihasilkan merupakan tiupan kencang kipas besar pada evaporator, yang berisi air dingin,  yang berada di ruang AHU (Air Handling Unit).  Temperatur udara pada setiap outlet dapat berbeda tergantung pada jarak antara AHU dengan outlet. Semakin dekat semakin dingin, sebaliknya apabila semakin jauh. Udara dingin yang disalurkan melalui instalasi umum tidak dapat diandalkan untuk mendinginkan ruang data center. Apalagi bila jarak data center dengan AHU cukup jauh. Oleh karenanya pada ruang data center yang mengandalkan AC sentral sering ditambahkan AC split untuk membantu menurunkan temperatur ruang  data center. Apabila ruang data center tetap menggunakan AC sentral, sebaiknya evaporator ditempatkan di dalam ruang data center agar diperoleh udara dingin yang maksimal.    Namun demikian perlu diwaspadai, penempatan evaporator water chiller di ruang data center berisiko terhadap kebocoran pipa yang mengakibatkan genangan air di ruang data center. Sebagai tindakan early warning, sebaiknya pada lantai di bawah raised floor diinstal water leak detector.